script src="http://masterendi.googlecode.com/files/salju.js">

Selasa, 23 November 2010

Perpisahan Penuh Makna

erpisahan menimbulkan banyak makna dan tanda tanya. Meninggalnya seseorang
terkadang menimbulkan tanya dari yang ditinggalkan, "Apa yang telah dia lakukan?
Apa yang sebaiknya akau lakukan?"

Demikian juga berpisahnya seseorang dari keluarga, saudara, teman, sahabat, atau
rekan kerja. Seringkali diikuti tangis yang menandakan kesedihan amat dalam
karena harus meninggalkan atau harus ditinggalkan, sementara setelah acara
perpisahan usai, sirna silaturahim. Tawa ejekan dan gunjingan yang tersisa. Atau
kita kebingungan mencari kata-kata dan hadiah yang cocok untuk orang yang akan
ditinggalkan atau yang akan meninggalkan.

Ada tiga hal positif yang bisa kita berikan ketika kita harus berpisah dengan
keluarga, saudara, teman, sahabat, atau rekan kerja untuk suatu waktu tertentu.
Tiga hal yang bisa melapangkan jalan kita selanjutnya, tanpa beban, dan memberi
kenangan yang bermanfaat sepanjang masa.

Pertama, ucapkan syukur kepada Tuhan karena diberi kesempatan berkumpul dan
bekerja sama dengan orang-orang yang kita tinggalkan. Berikan ucapan terima
kasih yang ikhlas kepada mereka atas kerja sama, nasehat, peringatan, koreksi
atau apa saja. Karena apa yang kita terima dari mereka, apakah itu kebaikan atau
keburukan, adalah ujian dari yang Maha Kuasa, bahkan mungkin peringatan yang
diberikan Nya melalui orang-orang disekitar kita. Dengan demikian berarti kita
memberikan penghargaan yang tak terhingga kepada mereka dan menimbulkan rasa
bangga bagi yang menerama ucapan terima kasih, dan itu bisa menimbulkan
semangat, motifasi, atau membesarkan hati.

Kedua, meminta maaf secara tulus kepada yang ditinggalkan. Karena setiap orang
yang terlibat dalam pergaulan, disengaja atau tidak pasti ada kesalahan yang
pernah dilakukan selama itu. Meminta maaf, adalah sebuah jalan untuk menetralkan
dan mencairkan persoalan. Meskipun meminta maaf tidak harus menunggu saat kita
akan berpisah, tetapi melakukan saat waktu-waktu seperti itu akan menimbulkan
kesan yang mendalam, karena siapa tahu ada kesalahan yang tidak kita sadari
telah terjadi, dan kita belum sempat minta maaf.

Ketiga, memberikan wasiat dan nasehat kebaikan. Budaya ketimuran kadang-kadang
kita risi untuk memberikan nasehat yang baik, apalagi saat kita hendak
meninggalkan suatu komunitas. Seringkali kita malah berbasa-basi bahwa semuanya
telah "running well", sehingga tidak perlu lagi kita berpesan atau berwasiat.
Padahal sudah kewajiban manusia sebagai makhluk yang memberi kebaikan kepada
seluruh alam, untuk selalu berpesan kepada kebaikan. Jadi, sampaikanlah pesan
yang baik kepada mereka yang akan kita tinggalkan dan biarkan pesan itu menjadi
kenangan di hati yang selalu diingat dan tak terlupakan.

Jika kita mampu memberikan yang terbaik buat lingkungan kita, mengapa harus ragu
dan takut membuat perbedaan.

Rabu, 10 November 2010

menjadi anak kecil tanpa beban

Kadang aku merasa ingin jadi anak kecil. Yg hanya bersenang2 tanpa adanya beban.
Tetapi inilah hidup, terus berjalan. & sesuatu yg besar tersimpan tanggung jawab bsar pula.
Memang, dalam hdup ini lebih enak jadi penonton, yg hanya bisa bilang "wah, enak bget. Krjanya cuma menulis, ditmpat yg bersih,full Ac lagi."
Tanpa mereka tahu bhwa tanggung jawabnya juga besar. Mereka punya beban pekerjaan yg kadang dibawa sampai di rumah. pikiranya "gmana ya kerjaku tadi ? Gmana ya cara menyelesaikan". Dll
C0ba liat pekerja kasar setelah bekerja sampai s0re lelah bukan main. Tinggal makan & tidur. selesai sementara yg di Ac tadi, w0w bahkan tidur aj kadang susah. 1 hal lg yg ak tahu bahwa gaji yg besar menyimpan kebtuhan yg besar pula.
Jadi jangan pernah lihat diposisi mana diri kita. Yg penting lillahita'alla akan barokah. jangan berfikir bagaimana jka aku diposisinya. tetapi pikirkanlah kuat atau tidak aku mengemban tanggung jawab & mampu jika diposisi tersebut.